Rabu, 17 Juni 2015

SUKA DUKA PELAYANAN

MEMBUKA GEREJA KRISTEN IJILI di INDONESIA (GEKISIA), KALBAR



Suka dan duku mungkin itu yang tepat untuk dituliskan di awal kesaksian ini. jika direnungkan istilah suka duka itu, berarti melayani dipedalaman kalbar ada senangnya tapi juga ada bahagianya. Tidak seperti yang dikisahkan banyak orang, melayani di pedalaman kalbar lebih banyak dukanya dan sedikit sukanya. Itulah sebabnya banyak orang takut melayani di pedalaman Kalbar. Namun sesungguhnya tidak  sengeri yang pernah pembaca dengar, dari kesaksian para pendahulu yang melayani di kalbar, bahkan yang katanya kita tidak akan bisa kembali lagi kalau pergi ke kalimanatan, itu hanya dogeng saja.

Apakah karena penulis melakukan pelayanan ini atas dasar panggilan yang sungguh-sungguh, entahlah! Tuhan yang menguji setiap hati. Akan tetapi, yang pasti, duka yang terjadi tidak terasa dalam perjalanan pelayananku!. Memang ukuran kedagingan dukanya sangat melelahkan daging dan pikiran, terkadang ingin menyerah dan tidak ingin melayani Tuhan di Kalimantan Barat. Tapi aku baru sadar ketika merenungkan kata-kata Paulus kepada Jemaat di Korintus: "Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil" (1 Korintus 9: 18 ). Ternyata yang membuat saya "ingin menyerah", karena saya menjadikan pelayanan itu pekerjaanku lalu mau tidak mau saya mengharapkan upah dari pelayananku. Tapi surat Paulus kepada jemaat di Korintus meneguhkan panggilanku, "bahwa upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita injil" (1 Kor 9: 18). Setiap kali mengingat ayat Alkitab diatas, Semua duka menjadi suka karena pelayanan yang dipercayakan itu adalah upah karena panggilan yang mulia itu.

Kalau begitu tidak ada lagi duka saat kita pelayanan! Pasti ada, selama kita masih di dunia ini dan hidup di dalam tubuh jasmani tidak mungkin tidak ada duka. tapi paulus katakan "sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Rom 8: 18). Atas dasar kemuliaan yang akan dinyatakan inilah yang membuat duka itu menjadi sukacita. Semua duka menjadi terasa suka karena kemuliaan itu tidak terhitung nilainya. Pada akhirnya, duka di pelayananku adalah sukacitaku. Tapi meskipun duka itu sudah menjadi sukacitaku, tidaklah salah jika saya berbagi cerita tentang duka yang pernah saya alami selama kurang lebih dua tahun di pedalaman Kalbar.

Awal pelayanan di kalbar tahun 2013 nopember. Dua bulan berdiam diri di rumah tempat saya menumpang, Pada bulan awal bulan januari 2014 saya merintis pelayanan di dusun Sungai Lalang Kecamatan Jelai Hulu. Disana mayoritas penduduknya masih "animisme" (agama kaharingan), jumlah penduduknya sekitar delapan puluh Keluarga. Disana belum ada gereja, tidak ada listrik, jauh dari kecamatan, (dusun terisolir). Perjalan menuju kampung itu dari tempat saya tinggal Kecamatan Marau saya tempuh 4 jam dengan mengendarai sepeda motor. saya pergi kesana setiap hari kamis karena belum tau jalan kesana, saya ditemani salah seorang teman namanya Daman asli suku dayak di kecamatan Marau. Disana saya melayani anak-anak, yang akhirnya oleh masyarakat setempat saya dilarang untuk datang memberitakan injil. Mereka beralasan kedatangan pendeta akan mengubah adat-istiadat mereka. Saya hanya sempat empat kali ibadah disana. di minggu ke empat bulan januari 2014 Saya diusir paksa, ketika itu sudah jam 10 malam. Malam itu terpaksa saya bersembunyi di rumah salah seorang warga lalu paginya kami pulang dari kampung itu. Sejak kejadian itu saya tidak pergi lagi ke wilayah itu.

Meskipun sudah ditolak di kampung sebelumnya, Tuhan Yesus tetap memberi semangat supaya saya tetap berjuang dan bisa mendirikan gereja Gekisia di Kalbar. Pada awal bulan pebruari 2014 saya mendatangi Barak Kebun di wilayah Dusun Celengan Kecamatan Jelai Hulu yang jaraknya 25 KM dari kecamatan Marau, disana saya bertemu dengan salah seorang orang batak, seperti yang saya tuliskan dalam sejarah berdirinya Gekisia di Kalbar. Singkat cerita, di barak kebun itu kami mulai ibadah perdana pada tanggal 22 Pebruari 2014. Hanya tiga bulan ibadah di Barak kebun itu, kemudian ekspansi ke kampung Celengan yang letaknya tidak jauh dari barak kebun itu. Dan pada bulan Mei 2014 kami mulai pembangunan di kampung itu  dan pada tanggal 27 Februari 2015 sudah diresmikan oleh Ketua Sinode Gekisia, Pdt. Edy Triadmoko D.Min.  Badan Misi Bukbang dari Korea selatan, Keluarga besar Taat Aryoko dan Jemaat Gekisia Depok, adalah donatur pembangunan di Gekisia Celengan Kalbar tersebut.

Di waktu yang hampir bersamaan ketika membuka Gekisia di barak kebun yang telah diceritakan di atas, Tuhan Yesus ijin saya juga membuka Gekisia di barak kebun lainnya yg berbeda nama PTnya di wilayah desa Bantan Sari. Pada tanggal 3 Maret 2014 kami mulai ibadah perdana di Barak itu. Puji Tuhan, pelayanan ini masih berjalanan sampai saat ini. Jemaat yang saya layani disana berjumlah empat puluh jiwa, mereka adalah masyarakat dari NTT yang bekerja sebagai karyawan di perkebunan itu.

Masih dalam cerita membuka pelayanan baru. Pada akhir bulan maret 2014, Tuhan Yesus juga ijinkan saya membuka pelayanan di wilayah lain yang jaraknya 30 KM dari kecamatan Marau. Wilayahnya Desa Batu Payung Dusun Silinsing Kuning. Di tempat ini masih banyak yang belum mempunyai agama, KTP mereka agama katolik tapi mereka tidak pernah beribadah. Menurut salah seorang jemaat yang saya layani, agama mereka yang di KTP, itu dibuatkan kepala desa tanpa sepengetahuan mereka. Tapi ada juga yang mengatakan, sengaja mengisinya karena kepala desa bilang harus punya agama. itulah sebabnya, 51 KK yang saya layani di desa ini semua KTPnya katolik walaupun gereja katolik tidak ada di desa ini. Di desa inilah yang paling banyak tantangan pelayanan yang saya hadapi. dibawah ini akan saya ceritakan peristiwanya, namun nama orang-orangnya tidak bisa saya sebutkan disini karena menyangkut privasi seseorang.

Ketika itu saya mengajar anak sekolah minggu. Saya menceritakan kisah Paulus dan Silas di penjara. "adek-adek, apakah adek-adek tau kalau kita berdoa dengan sungguh-sungguh apa yang akan terjadi"? Kataku kepada anak-anak dengan penuh semangat. Lalu anak-anak diam sambil memperhatikan ke arah saya. Saya jelaskan ke anak-anak "kalau kita berdoa sungguh-sungguh seperti Paulus dan Silas yang meskipun mereka sedang terikat tangan dan kakinya tapi mereka tetap serius berdoa, maka Tuhan akan mendengar doa kita". Tiba-tiba seorang bapa berteriak disamping saya "Pak Pendeta, kalau benar apa yang bapa katakan itu, coba doakan anak saya di rumah yang buta sejak lahirnya. Kalau pak pendeta bisa doakan dia melihat baru saya percaya ke pak pendeta" teriak bapa itu sambil menunjuk-nunjuk dengan jarinya ke arah saya. Jantungku langsung berdetak kenjang seperti ada gitar bas yang dimainkan Ahmad Dani di dalam tubuhku. Ketika bapa itu masih ngomel-ngomel, saya datang menghampirinya lalu meminta supaya dia mendengarkan saya berbicara. Dia pun diam lalu saya katakan "saya akan doakan anak bapa, tapi bapa harus berjanji kalau anak bapa bisa melihat, bapa dan semua yang tinggal di rumah bapa harus bertobat dan terima Yesus Kristus sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan melakukan perdukunan lagi". Karena kebiasaan orang kampung adalah berdukun bahkan dia juga seorang dukun. Bapa itu diam dan tidak memberi jawab sama sekali. Sayapun lanjutkan pelayanan sekolah mingguku yang sempat terhenti karena bapa itu.

Memang sebelumnya, sudah ada protes keras dari sebagian masyarakat supaya jangan mendirikan protestan di kampung itu. alasannya, semua masyrakat di kampung itu beragama katolik. walaupun gereja katolik tidak ada di tempat itu. tapi karena 51 KK sudah bersedia untuk saya layani di kampung itu, saya pun tidak mau mundur dan tetap saya datang dan melayani masyarakat yang tidak terlayani.

Berapa minggu kemudian, saat sedang ibadah berlangsung, saya didatangi orang-orang yang mabuk. Dia mengacaukan ibadah kami dan menyuruh saya keluar dari rumah tempat kami ibadah. Tapi saya tidak keluar karena jemaat melindungiku dengan cara duduk disampingku. Saya percaya, itu cara Tuhan melindungiku. kejadian serupa sering terjadi selama  enam minggu, mereka mengganggu ibadah kami, dan berusaha menjebakku dengan berbagai cara. bahkan seorang dukun yang dianggap sakti di kampung itu datang dan memintaku untuk mengeluarkan besi putih dan kuning yang ada di dalam badannya dengan cara berdoa. tapi saya katakan kepada dukun itu, "saya tidak minta kepada Tuhan besi itu keluar, tapi saya minta kepada Tuhan Yesus besi itu hilang dari badan bapa" kataku ke bapa dukun itu. Bapa itu diam lalu pulang ke rumahnya. Lagi-lagi Tuhan Yesus Kristus punya cara tersendiri untuk melindungiku. Dan akhirnya sebagian orang yang sering menggangguku, menjadi jemaat Gekisia dan juga bapa yang marah-marah yang saya ceritakan diatas dan dukun yang memintaku mengeluarkan besi dari badannya, juga menjadi jemaat Gekisia.

Dan pada tanggal 11 Mei 2014, di tiga wilayah yang telah saya buka itu dilakukan pembabtisan massal dan sekaligus meresmikan tiga tempat gereja baru sebagai Pos PI Gekisia Depok yang digembalakan Oleh Pdt. Kasmari Damanik, S.Th.

Ada duka tapi ada juga suka. Sukacitaku, Yesus Kristus memberikan upah bagi saya untuk mendirikan tiga gereja baru di Kalimantan Barat. itulah upahku, bahwa Tuhan memberiku kesempatan untuk melayani jemaat-Nya. Puji Tuhan, sampai saat ini tahun 2015 tiga wilayah pelayanan ini masih berjalan dengan baik dan saya sendiri yang melayaninya. Dua wilayah, yaitu Dusun Celengan Dan Desa Sekakai (barak kebun) sudah mempunya tempat ibadah yang permanen. Saat ini yang sedang kami gumuli, menderikan gereja di Desa Batu Payung yang jemlah jemaat saat ini 51 KK. Dengan anak-anaknya mencapai 150 jiwa. Memang kami sudah berusaha, dengan mengumpulkan swadaya jemaat. Karena sudah pastilah hal ini akan mempengaruhi rasa memiliki yang akhirnya menimbulkan semangat kebersamaan. Namun swadaya yang kami kumpulkan belum bisa memdirikan rumah ibadah, karena jemaat baru memiliki 200 batang kayu Ulin dan Atap yang disumbangkan PT. Sinar Mas. Tapi dana (uang) kami tidak punya itulah sebabnya sampai saat ini kami masih ibadah di rumah-rumah jemaat dengan bersempit-sempitan. Karena itu, jika bapa ibu ingin membantu pembangunan gereja ini boleh meninggalkan Komentar dan mengirimkan Email ke gekisia.kalbar.batupayung@gmail.com atau menghubungi 081383428896.

Sekian dan terimakasih karena bapa/ibu telah bersedia membaca tulisan yang belum teratur ini. Demi perbaikan tulisan ini bapa/ibu boleh meninggalkan komentarnya dan memberi koreksian agar dikemudian hari, penulis lebih baik lagi dalam menyajikan tulisan untuk dikomsumsi para pembaca. Tuhan Yesus memberkati.



By: Vik. Jackson Sharon Nababan, S.Th 



Senin, 15 Juni 2015

KETIKA DUKUN BERTOBAT

"KETIKA DUKUN BERTOBAT"


Apa jadinya jika seorang dukun menerima Yesus Kristus sebagai jurus'lamatnya?. pastilah jawabannya, dia menjadi yakin akan menerima hadiah hidup kekal dari Tuhan Yesus, karena imannya kepada Kristus Yesus. rupaya, apabila seseorang sungguh-sungguh menerima Yesus Kristus tak hanya hadiah hidup kekal yang akan diterima. seperti yang akan disaksikan seorang jemaat Gekisia Batu Payung Kalimantan Barat dalam blog ini.

"Nama saya Tuam, nama baptisan Israel, saya seorang kepala rumah tangga. nama kampung saya Desa Batu Payung, Dusun Silinsing Kuning. saya asli suku dayak kendawangan. disini saya akan menyaksikan bagaimana saya waktu jadi dukun dan sesudah menerima Yesus Kristus. Di kampung, saya dikenal orang sebagai seorang dukun, dulu. tetapi sekarang saya dikenal orang sebagai hamba Tuhan. kenapa dulu orang menyebut saya seorang dukun? wajar, karena memang pekerjaan saya mengobati orang sakit dan menolong ibu-ibu hamil untuk melahirkan. pekerjaan ini saya lakukan dengan cara membaca "unus" atau "mantra". kalimat mantra untuk orang yang akan melahirkan saya bacakan; "bira hitam kladi hitam, tanam sungsang sore, turun biak sepamjang hitam, turun urik turun tembuni" lalu sambil dioleskan minyak ke perut ibu hamil. tak lama kemudian anak itupun lahir. cara-cara ini sudah sering saya lakukan. Lalu mantra untuk mengobati orang sakit "timiang kapur kemapur, patah dulang berkaki sepuluh jin sudah berlari. asalan pelabur!!". semua cara-cara ini sudah sering saya lakukan. Mantra ini diwariskan mendiang ayah saya dulu. ayah saya bilang, mantra ini untuk menolong orang. karena dulu saya masih animisme, ya saya terima saja. tapi sekarang Mantra ini sudah sudah tidak berguna lagi.

Saya baru menyadari, ternyata semua Mantra kekejian bagi Yesus Kristus. setelah saya menerima Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh. Saya menerima Yesus Kristus setelah ada pelayanan Gekisia (Gereja Kristen Injili di Indonesia) oleh karena pendetanya sering menginap di rumah saya. setiap malam ia mendoakan saya dan keluarga saya. pagi-pagi subuh kami bangun membaca Alkitab dan berdoa. sejak itu hati saya mulai terbuka untuk menerima Yesus Kristus sebagai jurus'lamat. Dan akhirnya saya dan istri saya dibaptis oleh pdt. Edy Triadmoko yang pada saat itu datang dari bengkulu untuk meresmikan Pos PI Gekisia di kampung saya. Mulai dari saat itu, saya dan Istri beserta anak kami satu-satunya laki-laki yang berusia 12 tahun aktif beribadah dan menjadikan rumah kami menjadi tempat ibadah setiap hari minggu dan tengah minggu di rumah jemaat kami yang lainnya. karena jumlah jemaat saat ini sudah 40 KK dan semua berlatar belakang Animisme.

Saya sangat bertrimakasih kepada Tuhan Yesus kristus. Kehadiran Yesus Kristus banyak mengubah kehidupan kami. secara khusus untuk anak tercinta kami yang baru-baru ini menerima kelulusan dari SD. ia mendapat rengking 1, saya dan istri terkejut mendengarnya. padahal dulu anak kami tidak pernah mendapat rengking. Tapi semenjak kami sungguh-sungguh takut akan Tuhan Yesus Kristus, banyak hal yang terjadi yang membuat kami sekeluarga semakin takjub kepada Tuhan Yesus. Dulu saya dengan istri hampir setiap hari bertengkar. dengan anak saya tidak pernah akur. makan kami tidak pernah teratur, saya tidak suka bekerja keras atau pemalas, saya setiap hari minum mabuk dan masih banyak hal-hal yang buruk yang saya perbuat ketika saya belum mengenal Yesus Kristus.

Tapi sekarang, setelah saya mengenal Yesus Kristus, saya tidak pernah lagi berkelahi dengan istri maupun anak. saya tidak pernah lagi minum mabuk, saya menjadi pekerja keras (saat ini saya bekerja sebagai tukang rumah di kampung saya), saya menjadi orang yang berpengharapan dan menyadari kebaikan Tuhan Yesus dalam hidup saya. tapi sekarang saya masih tetap dipanggil orang untuk membantu ibu-ibu untuk melahirkan tapi saya tidak lagi memakai jimat yang dulu sewaktu masih jadi dukun. sekarang jimat saya sudah berganti yaitu di dalam nama Yesus Kristus dari Nazaret, begitu diajari pak pendeta saya. intinya semua yang dulu sudah saya lupakan".

Catatan:
Tulisan Kesaksian ini telah diperbaiki kalimatnya atau kata-katanya, demi agar pembaca dapat memahami maksudnya. karena bahasa yang dipergunakan yang bersaksi, bahasa dayak bercampur bahasa Indonesia.


Yang Bersaksi: ISRAEL TUAM
Editor            : Vik. Jackson Sharon Nababan, S.Th