Minggu, 23 Agustus 2015

Ketua Mawil Baru GMII datangi GEKISIA


Persekutuan ora et labora mengadakan doa puasa di Gekisia Celengan 14 agustus 2015, tujuannya tak lain adalah untuk mendoakan jemaat celengan dan seluruh program gekisia celengan. Dalam kegiatan tersebut, hadir beberapa pendeta dari Gereja Misi Injili Indonesia (GMII), Pdt. Tajab, S.Th, bersama istri yang merupakan ketua majelis wilayah (mawil) GMII ketapang bagian selatan, Pdt. Lukas, S.Th, bersama istri, Pdt. Eduard Tuka, S.Th bersama istri, Pdt. Supri, S.Th, dan Pdt. Roni, S.Th dari Gereja Kristen Kudus Indonesia (GKKI). selain dihadiri para pendeta, hadir juga penasehat persekutuan Ora Et labora yaitu Pnt. Taat Aryoko, S.H, dan ketua Pesekutuan ora et labora Willis Aryan, S.E.

Persekutuan Ora Et Labora merupakan perkumpulan para pendeta-pendeta dari berbagai gereja. sampai saat ini yang telah bergabung dalam persekutuan ini, Pendeta dari GMII, Pendeta GPSDI, Pendeta GKKI dan Pendeta/Vik Gekisia.

Menurut Ketua Persekutun Willis Aryan, S.E, sejak berdirinya persekutuan ora et labora enam belas tahun lalu yaitu tahun 1999,  persekutuan ora et labora adalah wadah bagi para hamba-hamba Tuhan untuk berkumpul dan mendoakan pelayanan yang ada.

Dibawah ini  ucapan selamat bergabung dan  kesaksian tentang ora et labora yang disampaikan Willis Aryan, S.E.

"trimakasih dari perkutuan atas tempat dan sambutan jemaat Gekisa di tempat ini, untuk kita pakai bersekutu bersama. ini pertama kalinya persekutuan doa dalam doa puasa di tempat ini. gereja yang baru, jemaat yang baru dan suasana yang baru".... "ini adalah wadah kita bersama, persekutuan ini sudah ada sejak tahun 1999, cukup panjang perjalanannya,  ini wadah untuk kita berkumpul bersama. Sampai saat ini sudah empat gereja yang bergabung bersama, GMII, GPSDI, GEKISIA dan GKKI. kita rindu supaya gereja-gereja lain juga bisa bergabung bersama-sama dengan kita" ucapnya dengan diakhiri ajakan "mari kita bersatu dan bergandengan tangan".



Oleh: Vik. Jackson Sharon Nababan, S.Th

Jumat, 21 Agustus 2015

Ini Profil Hamba Tuhan yang melayani di Gekisia Kalbar


Saat ini ada tiga hamba Tuhan yang melayani di Gekisia Kalbar POS PI Depok Jawa Barat, dibawah ini adalah frofil singkat ketiganya:



Nama                                  : Jackson Sharon Nababan, S.Th
Pendidikan Terakhit           : S1 Teologi
Alumni                               : Sekolah Tinggi Teologi Kenos (STTK), Kelapa Gading, Jakarta Utara
Status Jabatan                    : Vikaris, Gembala di GEKISIA Celengan Kalbar
Status pernikahan               : Belum menikah





Pengalaman Pelayanan:

1. 2009 di GPDI Pangalengan Bandung (2 bulan) Praktek
2. 2010 di GKKA Bau-bau Sulteng (3 bulan) Praktek
3. 2011 di GBI Ciresek Bogor (6 bulan) Praktek dan Weekend
4. 2012-2013 di GKHI Tanah Merah Jakarta Utara (2 Tahun) Praktek- weekend
5. 2013-2015 di Gekisia Depok, diutus ke Kalbar dan mendirikan tiga Pos PI (Gembala)




Nama                           : Salfinus Daeli, S.Th
Pendidikan Terakhir    : S 1 Teologi
Alumni                         : Sekolah Tinggi Teologi Ebenhezer (STTE) Tanjung Enim
Status Jabatan               : Orientasi/Pra Vikaris, Melayani di GEKISIA Batu Payung Kalbar
Status Pernikahan         : Belum menikah





Pengalaman Pelayanan:

1. 2006 di GPIN Tanjung Enim-Weekend
2. 2007 di GPIB Benakat-Weak and
2. 2008 Mengajar di SMP Sukacita (Tanjung Enim)-Weekend
3. 2009-2010 di MPW Jawa Barat- Praktek 1 Tahun
4. 2010-2011 GKY Palembang-Weekend
5. 2012- Penginjilan di suku Penesak (palembang)-Weekend
6. 2012-2014 di GEKISIA Batam (2 Tahun) Ikatan Dinas
7. 2012-2014 Mengajar di Sekolah Holy Kids Batam
8. 2012-2014 Mengajar di SMP N 43 Batam.
9. 2015 di Gekisia Batu payung Kalimantan Barat





Nama                            : Singgus Biliu, S.Th
pendidikan Terakhir     : S 1 Teologi
Alumni                          : Sekolah Tinggi Teologi IKSM Santosa Asih Jakarta
Status Jabatan               : Orientasi
Status Pernikahan         : Belum Menikah




Pengalaman Pelayanan :

1. 2007-2010 di Sow International Cabang Kupang
2. 2011 Weekend di GEPEMRI Depok
3. 2012 Weekend di GBI kota Daud Bekasi
4. 2013-2014 Weekend di Gekisia Depok
5. 2015 diutus melayani di Kalbar sebagai orientasi/Pra Vikaris.










Senin, 17 Agustus 2015

ini sebabnya, saya disebut dewa....


Saya diberikan gelar sebagai dewa penolong oleh masyarakat di salah satu Desa di Kalimantan Barat. Sesungguhnya tidak kukehendaki, saya disebut dewa penolong. Karena memang saya bukan dewa. Saya hanyalah manusia hina yg dipanggil menjadi utusan oleh kehendak Kristus, untuk memberitakan "Euanggelion" "kabar baik" bagi semua orang. Sebutan dewa penolong tidak pantas saya terima bahkan sebaik apapun saya, sekali lagi  panggilan itu tidaklah pantas bagiku.
Saya sudah berulang kali mengatakan kepada masyarakat bahwa saya seorang pendeta, bukan dewa. Tapi mereka tetap saja sebut saya dewa penolong. Saya pun penasaran, sampai akhirnya saya lakukan pengecekan dan bertanya ke beberapa masyrakat terkait panggilan dewa yang diucapkan kepada saya.
Setelah saya lakukan pegecekan kepada masyrakat, ternyata ada peristiwa yang terjadi di desa itu yg tidak saya sadari dan ternyata  melibatkan saya. Dibawah ini akan saya ceritakan kejadiannya yang menyebabkan masyarakat sebut saya dewa penolong.

"Februari 2014 saya  berkunjung ke desa itu. saya berencana untuk membuka pelayanan anak di sana. Saya mendatangi rumah kepala desa dengan maksud meminta ijin untuk melakukan pelayanan kepada anak-anak. Setelah saya memasuki rumah kepala desa itu, saya melihat orang-orang di rumah itu dan kopi di depan setiap tamu yg ada. Karena saya sudah terlanjur masuk saya pun duduk seperti tamu lainnya dan tidak lama kopi dihidangkan untuk saya. Kepada salah seorang tamu saya bertanya "mengapa disini banyak orang pak" kataku, "pak Kades sakit" ucapnya singkat, "ada dimana" kataku lagi, "di kamar" kata bapa itu yg ternyata dia adalah abangnya pak Kades. Lalu saya pun dengan berani meminta ingin melihat langsung kondisi pak kades itu, mereka mengijinkan, lalu saya masuk ke kamar Pak Kades yg sedang terbaring lemah. Karena melihat kondisinya yg sangat lemah sayapun meminta ijin untuk berdoa, saya akhirnya di ijinkan walaupun mereka agama Katolik di KTPnya. Setelah saya berdoa, saya berikan saran supaya mereka membawanya ke rumah sakit Kabupaten Ketapang yg jaraknya 200 KM dari desa itu, Mereka bilang kami tidak tau mengurusnya di rumah sakit. hal itu wajar karena keluarganya kurang bisa baca tulis, itulah sebabnya mereka tidak percaya diri untuk membawanya. Selain karena masalah baca tulis, mereka juga bilang tidak ada uang. Lalu saya berikan ide supaya diurus BPJS di Kabupaten Ketapang, beberapa hari kemudian merekapun pergi mengurusnya dan siap dipergunakan. Setelah BPJS selesai, satu lagi masalah belum selesai, soal dana untuk carter mobil menuju Kabupaten Ketapang. Timbul ide saya untuk meminta bantuan ke perusahaan perkebunan yg ada di wilayah desa itu. Selama dua hari berturut-turut menghubungi pihak perusahaan, akhirnya perusahaan bersedia mengantarkan Pak Kades itu ke Kabupaten Ketapang memakai mobil.

Ketika dibawa  ke RS Patima Ketapang saya ikut, Selama dua hari saya mendampingi di rumah sakit. Menurut dokter dia terkena penyakit teroit dan sakit lambung. Menurut dokter penyakit teroit (hilangnya cairan kelenjar) sulit diobati apalagi disertai penyakit lambung atau Mah. Setelah lima hari dia dirawat akhirnya diperbolehkan pulang, Sejak saat itu, setelah pulang dari RS Patimah dia tidak pergi lagi dan memilih menjalani perawatan di rumah dengan ala kadarnya.

Dengan tetap berharap pada Yesus Kristus, dua kali seminggu saya kunjungi dan saya doakan di rumahnya. Terkadang saya belikan obat-obat cina yg saya pesan dari jakarta melalui jual beli online tapi hasilnya tidak ada yg memuaskan, ia tetap saja terbaring lemah bahkan sulit untuk makan. Saya pun akhirnya menyerah walau tidak saya katakan kepada mereka. Dalam sebulan saya hanya mengunjunginya dua kali.

Lalu suatu ketika, saat saya pulang dari pelayanan, ketika itu sudah jam 10 malam, di perjalanan ditengah hutan tiba-tiba datang hujan yg sangat deras. Saya belum sempat memakai mantel hujanku, pikirku nanti saja saya pake kalau sudah ketemu kampung. Selama sepuluh menit saya diguyur hujan deras sambil mengendarai sepeda motorku, saya sampai di Kampung yaitu desa tempat Pak kades itu tinggal. Saya langsung singgah di rumah pertama yg saya temukan dan langsung berteduh di teras rumah itu. Tiba-tiba, saat saya sedang memakai mantelku untuk melindungi tas agar tidak basah, keluar seorang laki-laki paruh baya menanyaiku, "mau kemana mas" ucapnya, "mau pulang pak" kataku dan langsung kutimpali lagi pertanyaan, "disini kok banyak sendal dan sepatu" karena saya melihat banyak sendal dan sepatu di teras itu, "mertuaku sakit keras" ucapnya sambil ia katakan. "nanti saja mas jalannya kalau hujan sudah redah". Lalu saya minta ijin ke dia untuk masuk dan mendoakan mertuanya itu. Setelah saya masuk, saya melihat yg sakit itu sudah tua dan sudah sulit bernafas. Saya bertanya ke keluarganya disitu, katanya sudah 2 minggu dia seperti itu. Lalu saya beritahukan kepada mereka bahwa saya seorang pendeta, meskipun mereka agama katolik di KTPnya mereka meminta saya untuk mendoakan orang tua itu. Sayapun bertanya, berdoa untuk sembuh atau supaya ia pergi dengan tenang, kata keluarganya, supaya ia pergi dengan tenang.

Lalu saya layani orang tua yg sakit itu dengan mengajaknya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Jurus'lamat. Saya ajak dia mengikuti saya berdoa walaupun dia tidak bisa berbicara dengan jelas tapi dia masih bisa mendengar karena dia menjawab pertanyaan saya dengan memakai bahasa tubuh yaitu menundukkan kepalanya kalau mengatakan iya. Setelah saya berdoa lalu saya pulang, sayapun tidak tau lagi kabarnya apakah meninggal atau justru sehat.

Besok sorenya saya pergi ke pelayanan lagi, saya juga lewat dari depan rumah orang tua yg sakit itu. Pas lewat, saya melihat banyak kendaraan terparkir di rumah itu dan ada tanda yg menunjuk ada orang yg meninggal. Saya tidak berhenti di rumah itu, lalu di barak perusahaan tempat saya melayani saya bertemu dengan tetangganya yg bekerja di perusahaan itu. Lalu dia bercerita bahwa orang tua itu meninggal jam 4 subuh setelah saya doakan pukul 22. 20 malamnya. Lalu iya juga menceritakan bahwa ternyata orang itu adalah "dukun Hitam" (istilah yg menunjukkan dukun yg kerjaannya mengguna-gunain atau dukun santet). Lalu keluarga itu perpesan ke orang yg menceritakan kesaya itu, supaya mengucapkan terimakasih kepada saya dan minta saya singgah di rumah itu lagi jika tidak ada halangan. Tapi waktu saya pulang, saya tidak singgah karena kebiasaan orang kampung, saat ada yg meninggal mereka minum sampai mabuk-mabukan.

Setelah beberapa minggu kemudian, salah seorang menantu pak Kades itu menghentikan kendaraanku ketika melewati desa tempat tinggal dukun sakti dan Pak Kades itu, ketika saya berhenti dia langsung menjabat tangan saya dan mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya. Lalu saya bertanya ada apa ini, ternyata menurut cerita menantu pak Kades itu, orang tua yg baru meninggal itulah yg menyantet Pak Kades itu. Menurut cerita dari menantu pak Kades itu, pas orang tua itu yg katanya dukun sakti, meninggal, pak kades itupun langsung sembuh, bahkan katanya, pak Kades itu menyumbangkan Peti Mahal yg terbuat dari Kayu Ulin, kualitas kayu Ulin kalimantan mungkin sama kualitasnya dengan kayu aras yg disebut di dalam Alkitab Perjanjian Lama. Bahkan konon katanya, kayu ini 3 ratus tahun tidak akan lapuk. Setelah saya mendengar cerita yg disampaikan menantu Pak Kades itu, beberapa hari kemudian saya bertemu dengan pak Kades di jalan dia sedang mengendarai sepeda motornya, saya langsung klakson kami pun ngobrol berdua. Selama kami ngobrol, pak Kades itu menceritakan hal sama yg diceritakan oleh menantunya itu, lalau sayapun ucapkan, semoga bapa tetap sehat lalu saya pergi diapun pergi.

Cerita diatas adalah sebabnya saya disebut dewa penolong. Tapi sekali lagi saya katakan, saya tidak mau disebut dengan gelar itu. Karena bagiku, semua tindakanku berasal dari hikmat Kristus dan Pnyertaan-Nya. Setelah saya jelaskan kepada masyarakat bahwa Sy hanyalah utusan yg menjalankan "telematos" atau "kehendak" Kristus Yesus, mereka pun paham dan sekarang tidak lagi menyebut saya dewa tapi pak pendeta.

Demikianlah kesaksian ini, kiranya para pembaca diteguhkan imannya kembali untuk melayani Tuhan kapanpun dimanapun, supaya semakin banyak orang yg menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan jurus'lamat. Akhirny, Bagi-Nyalah segala pujian, hormat kemuliaan, keagungan sampai selama-lamanya. Amin

Oleh: jackson Sharon Nababan, S.Th