Kamis, 22 Oktober 2015

Ini Majelis terpilih di Gekisia Celengan Kalbar

Sejak dimulainya ibadah perdana Minggu 26 Januari 2014, Gekisia Celengan sebelumnya tidak memiliki kepengurusan Majelis. Baru pada Minggu 27 September yang lalu dilakukan musyawarah bersama dengan jemaat untuk menentukan Majelis Gereja Gekisia Celengan. Karena ini merupakan pertama kali dipilihnya majelis di gereja ini, Gembala melakukan penunjukan langsung untuk memilih Majelis dengan meminta persetujuan jemaat dalam rapat bersama seluruh jemaat.

"Apakah bapa ibu setuju, ketua majelis kita tahun 2014-2019 adalah bapa ".......", jemaat: setuju!" begitulah kalimat yang diucapakan hamba-Nya saat melakukan pemilihan majelis jemaat, dengan suara yang lantang jemaat memberikan persetujuannya.

Inilah mereka majelis yang terpilih untuk melayani umat-Nya:

SINTIN: Ketua Majelis, LINDA: Sekretaris, M. Nababan: Bendahara

Sintin, Linda, M. Nababan, Gembala Jemaat: Vik. Jackson Sharon Nababan, S.Th

 KORDINATOR:
KORPEL: Singgus Biliu, S.Th, KORPEM: Yulius, KORSEM: Pujiasi, KORMIS: Onder, KORPEMU: Markus

SEKSI-SEKSI
Sei Doa, Sei Perkunjungan, Sei Musik



Dasar Firman:
(1 Kor 9: 18)
"Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita injil".

(Rom 12: 11)
"Janganlah kiranya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan".


Selasa, 13 Oktober 2015

Ini sikap tegas PGI atas insiden pembakaran Gereja di Aceh Singkil















































Berikut ini sikap PGI atas insiden berdarah tersebut.



1. Sangat prihatin dan mengutuk keras tindakan intoleran massa yang telah menimbulkan korban harta, benda, dan jiwa dan telah menimbulkan rasa tidak aman bagi warga masyarakat Aceh Singkil.


2. Menyesalkan kurang tanggapnya pihak aparat dan kepolisian untuk segera melakukan tindakan preventif sehingga peristiwa tragis ini terjadi.

3. Negara tidak boleh absen melindungi warganya untuk bebas beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan, sebagaimana ditegaskan oleh konstitusi (Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945).

4. Adalah kewajiban pemerintah setempat untuk memfasilitasi warga beribadah manakala kondisi obyektif membuat mereka tidak mampu memenuhi syarat mendirikan rumah ibadah.

5. Perlu ditegaskan bahwa tidak ada maksud gereja untuk tidak mengurus izin. Tetapi realitasnya, pengurusan izin mendirikan rumah ibadah sangat sulit dan bahkan sering tidak bisa diperoleh walau sudah diupayakan semaksimal mungkin.

6. Menyayangkan sikap Pemda di Pulau Sarok, Aceh Singkil, yang takut terhadap tekanan kelompok-kelompok intoleran sehingga menyetujui rencana aksi pembongkaran 10 gereja tersebut.

7. Tenggat waktu yang diberikan untuk mengurus izin selama enam bulan adalah hal yang mustahil melihat kenyataan betapa sulitnya mengurus izin rumah ibadah.

8. Mendesak pemerintah pusat dalam hal ini Presiden Joko Widodo beserta seluruh instansi terkait, untuk mengambil sikap tegas dan segera hentikan aksi-aksi intoleran, sebab sangat bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

9. Mengajak seluruh umat Kristen di Indonesia, secara khusus di Aceh Singkil, untuk tetap berdoa dan tidak terpancing untuk melakukan tindakan pembalasan.

Minggu, 23 Agustus 2015

Ketua Mawil Baru GMII datangi GEKISIA


Persekutuan ora et labora mengadakan doa puasa di Gekisia Celengan 14 agustus 2015, tujuannya tak lain adalah untuk mendoakan jemaat celengan dan seluruh program gekisia celengan. Dalam kegiatan tersebut, hadir beberapa pendeta dari Gereja Misi Injili Indonesia (GMII), Pdt. Tajab, S.Th, bersama istri yang merupakan ketua majelis wilayah (mawil) GMII ketapang bagian selatan, Pdt. Lukas, S.Th, bersama istri, Pdt. Eduard Tuka, S.Th bersama istri, Pdt. Supri, S.Th, dan Pdt. Roni, S.Th dari Gereja Kristen Kudus Indonesia (GKKI). selain dihadiri para pendeta, hadir juga penasehat persekutuan Ora Et labora yaitu Pnt. Taat Aryoko, S.H, dan ketua Pesekutuan ora et labora Willis Aryan, S.E.

Persekutuan Ora Et Labora merupakan perkumpulan para pendeta-pendeta dari berbagai gereja. sampai saat ini yang telah bergabung dalam persekutuan ini, Pendeta dari GMII, Pendeta GPSDI, Pendeta GKKI dan Pendeta/Vik Gekisia.

Menurut Ketua Persekutun Willis Aryan, S.E, sejak berdirinya persekutuan ora et labora enam belas tahun lalu yaitu tahun 1999,  persekutuan ora et labora adalah wadah bagi para hamba-hamba Tuhan untuk berkumpul dan mendoakan pelayanan yang ada.

Dibawah ini  ucapan selamat bergabung dan  kesaksian tentang ora et labora yang disampaikan Willis Aryan, S.E.

"trimakasih dari perkutuan atas tempat dan sambutan jemaat Gekisa di tempat ini, untuk kita pakai bersekutu bersama. ini pertama kalinya persekutuan doa dalam doa puasa di tempat ini. gereja yang baru, jemaat yang baru dan suasana yang baru".... "ini adalah wadah kita bersama, persekutuan ini sudah ada sejak tahun 1999, cukup panjang perjalanannya,  ini wadah untuk kita berkumpul bersama. Sampai saat ini sudah empat gereja yang bergabung bersama, GMII, GPSDI, GEKISIA dan GKKI. kita rindu supaya gereja-gereja lain juga bisa bergabung bersama-sama dengan kita" ucapnya dengan diakhiri ajakan "mari kita bersatu dan bergandengan tangan".



Oleh: Vik. Jackson Sharon Nababan, S.Th

Jumat, 21 Agustus 2015

Ini Profil Hamba Tuhan yang melayani di Gekisia Kalbar


Saat ini ada tiga hamba Tuhan yang melayani di Gekisia Kalbar POS PI Depok Jawa Barat, dibawah ini adalah frofil singkat ketiganya:



Nama                                  : Jackson Sharon Nababan, S.Th
Pendidikan Terakhit           : S1 Teologi
Alumni                               : Sekolah Tinggi Teologi Kenos (STTK), Kelapa Gading, Jakarta Utara
Status Jabatan                    : Vikaris, Gembala di GEKISIA Celengan Kalbar
Status pernikahan               : Belum menikah





Pengalaman Pelayanan:

1. 2009 di GPDI Pangalengan Bandung (2 bulan) Praktek
2. 2010 di GKKA Bau-bau Sulteng (3 bulan) Praktek
3. 2011 di GBI Ciresek Bogor (6 bulan) Praktek dan Weekend
4. 2012-2013 di GKHI Tanah Merah Jakarta Utara (2 Tahun) Praktek- weekend
5. 2013-2015 di Gekisia Depok, diutus ke Kalbar dan mendirikan tiga Pos PI (Gembala)




Nama                           : Salfinus Daeli, S.Th
Pendidikan Terakhir    : S 1 Teologi
Alumni                         : Sekolah Tinggi Teologi Ebenhezer (STTE) Tanjung Enim
Status Jabatan               : Orientasi/Pra Vikaris, Melayani di GEKISIA Batu Payung Kalbar
Status Pernikahan         : Belum menikah





Pengalaman Pelayanan:

1. 2006 di GPIN Tanjung Enim-Weekend
2. 2007 di GPIB Benakat-Weak and
2. 2008 Mengajar di SMP Sukacita (Tanjung Enim)-Weekend
3. 2009-2010 di MPW Jawa Barat- Praktek 1 Tahun
4. 2010-2011 GKY Palembang-Weekend
5. 2012- Penginjilan di suku Penesak (palembang)-Weekend
6. 2012-2014 di GEKISIA Batam (2 Tahun) Ikatan Dinas
7. 2012-2014 Mengajar di Sekolah Holy Kids Batam
8. 2012-2014 Mengajar di SMP N 43 Batam.
9. 2015 di Gekisia Batu payung Kalimantan Barat





Nama                            : Singgus Biliu, S.Th
pendidikan Terakhir     : S 1 Teologi
Alumni                          : Sekolah Tinggi Teologi IKSM Santosa Asih Jakarta
Status Jabatan               : Orientasi
Status Pernikahan         : Belum Menikah




Pengalaman Pelayanan :

1. 2007-2010 di Sow International Cabang Kupang
2. 2011 Weekend di GEPEMRI Depok
3. 2012 Weekend di GBI kota Daud Bekasi
4. 2013-2014 Weekend di Gekisia Depok
5. 2015 diutus melayani di Kalbar sebagai orientasi/Pra Vikaris.










Senin, 17 Agustus 2015

ini sebabnya, saya disebut dewa....


Saya diberikan gelar sebagai dewa penolong oleh masyarakat di salah satu Desa di Kalimantan Barat. Sesungguhnya tidak kukehendaki, saya disebut dewa penolong. Karena memang saya bukan dewa. Saya hanyalah manusia hina yg dipanggil menjadi utusan oleh kehendak Kristus, untuk memberitakan "Euanggelion" "kabar baik" bagi semua orang. Sebutan dewa penolong tidak pantas saya terima bahkan sebaik apapun saya, sekali lagi  panggilan itu tidaklah pantas bagiku.
Saya sudah berulang kali mengatakan kepada masyarakat bahwa saya seorang pendeta, bukan dewa. Tapi mereka tetap saja sebut saya dewa penolong. Saya pun penasaran, sampai akhirnya saya lakukan pengecekan dan bertanya ke beberapa masyrakat terkait panggilan dewa yang diucapkan kepada saya.
Setelah saya lakukan pegecekan kepada masyrakat, ternyata ada peristiwa yang terjadi di desa itu yg tidak saya sadari dan ternyata  melibatkan saya. Dibawah ini akan saya ceritakan kejadiannya yang menyebabkan masyarakat sebut saya dewa penolong.

"Februari 2014 saya  berkunjung ke desa itu. saya berencana untuk membuka pelayanan anak di sana. Saya mendatangi rumah kepala desa dengan maksud meminta ijin untuk melakukan pelayanan kepada anak-anak. Setelah saya memasuki rumah kepala desa itu, saya melihat orang-orang di rumah itu dan kopi di depan setiap tamu yg ada. Karena saya sudah terlanjur masuk saya pun duduk seperti tamu lainnya dan tidak lama kopi dihidangkan untuk saya. Kepada salah seorang tamu saya bertanya "mengapa disini banyak orang pak" kataku, "pak Kades sakit" ucapnya singkat, "ada dimana" kataku lagi, "di kamar" kata bapa itu yg ternyata dia adalah abangnya pak Kades. Lalu saya pun dengan berani meminta ingin melihat langsung kondisi pak kades itu, mereka mengijinkan, lalu saya masuk ke kamar Pak Kades yg sedang terbaring lemah. Karena melihat kondisinya yg sangat lemah sayapun meminta ijin untuk berdoa, saya akhirnya di ijinkan walaupun mereka agama Katolik di KTPnya. Setelah saya berdoa, saya berikan saran supaya mereka membawanya ke rumah sakit Kabupaten Ketapang yg jaraknya 200 KM dari desa itu, Mereka bilang kami tidak tau mengurusnya di rumah sakit. hal itu wajar karena keluarganya kurang bisa baca tulis, itulah sebabnya mereka tidak percaya diri untuk membawanya. Selain karena masalah baca tulis, mereka juga bilang tidak ada uang. Lalu saya berikan ide supaya diurus BPJS di Kabupaten Ketapang, beberapa hari kemudian merekapun pergi mengurusnya dan siap dipergunakan. Setelah BPJS selesai, satu lagi masalah belum selesai, soal dana untuk carter mobil menuju Kabupaten Ketapang. Timbul ide saya untuk meminta bantuan ke perusahaan perkebunan yg ada di wilayah desa itu. Selama dua hari berturut-turut menghubungi pihak perusahaan, akhirnya perusahaan bersedia mengantarkan Pak Kades itu ke Kabupaten Ketapang memakai mobil.

Ketika dibawa  ke RS Patima Ketapang saya ikut, Selama dua hari saya mendampingi di rumah sakit. Menurut dokter dia terkena penyakit teroit dan sakit lambung. Menurut dokter penyakit teroit (hilangnya cairan kelenjar) sulit diobati apalagi disertai penyakit lambung atau Mah. Setelah lima hari dia dirawat akhirnya diperbolehkan pulang, Sejak saat itu, setelah pulang dari RS Patimah dia tidak pergi lagi dan memilih menjalani perawatan di rumah dengan ala kadarnya.

Dengan tetap berharap pada Yesus Kristus, dua kali seminggu saya kunjungi dan saya doakan di rumahnya. Terkadang saya belikan obat-obat cina yg saya pesan dari jakarta melalui jual beli online tapi hasilnya tidak ada yg memuaskan, ia tetap saja terbaring lemah bahkan sulit untuk makan. Saya pun akhirnya menyerah walau tidak saya katakan kepada mereka. Dalam sebulan saya hanya mengunjunginya dua kali.

Lalu suatu ketika, saat saya pulang dari pelayanan, ketika itu sudah jam 10 malam, di perjalanan ditengah hutan tiba-tiba datang hujan yg sangat deras. Saya belum sempat memakai mantel hujanku, pikirku nanti saja saya pake kalau sudah ketemu kampung. Selama sepuluh menit saya diguyur hujan deras sambil mengendarai sepeda motorku, saya sampai di Kampung yaitu desa tempat Pak kades itu tinggal. Saya langsung singgah di rumah pertama yg saya temukan dan langsung berteduh di teras rumah itu. Tiba-tiba, saat saya sedang memakai mantelku untuk melindungi tas agar tidak basah, keluar seorang laki-laki paruh baya menanyaiku, "mau kemana mas" ucapnya, "mau pulang pak" kataku dan langsung kutimpali lagi pertanyaan, "disini kok banyak sendal dan sepatu" karena saya melihat banyak sendal dan sepatu di teras itu, "mertuaku sakit keras" ucapnya sambil ia katakan. "nanti saja mas jalannya kalau hujan sudah redah". Lalu saya minta ijin ke dia untuk masuk dan mendoakan mertuanya itu. Setelah saya masuk, saya melihat yg sakit itu sudah tua dan sudah sulit bernafas. Saya bertanya ke keluarganya disitu, katanya sudah 2 minggu dia seperti itu. Lalu saya beritahukan kepada mereka bahwa saya seorang pendeta, meskipun mereka agama katolik di KTPnya mereka meminta saya untuk mendoakan orang tua itu. Sayapun bertanya, berdoa untuk sembuh atau supaya ia pergi dengan tenang, kata keluarganya, supaya ia pergi dengan tenang.

Lalu saya layani orang tua yg sakit itu dengan mengajaknya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Jurus'lamat. Saya ajak dia mengikuti saya berdoa walaupun dia tidak bisa berbicara dengan jelas tapi dia masih bisa mendengar karena dia menjawab pertanyaan saya dengan memakai bahasa tubuh yaitu menundukkan kepalanya kalau mengatakan iya. Setelah saya berdoa lalu saya pulang, sayapun tidak tau lagi kabarnya apakah meninggal atau justru sehat.

Besok sorenya saya pergi ke pelayanan lagi, saya juga lewat dari depan rumah orang tua yg sakit itu. Pas lewat, saya melihat banyak kendaraan terparkir di rumah itu dan ada tanda yg menunjuk ada orang yg meninggal. Saya tidak berhenti di rumah itu, lalu di barak perusahaan tempat saya melayani saya bertemu dengan tetangganya yg bekerja di perusahaan itu. Lalu dia bercerita bahwa orang tua itu meninggal jam 4 subuh setelah saya doakan pukul 22. 20 malamnya. Lalu iya juga menceritakan bahwa ternyata orang itu adalah "dukun Hitam" (istilah yg menunjukkan dukun yg kerjaannya mengguna-gunain atau dukun santet). Lalu keluarga itu perpesan ke orang yg menceritakan kesaya itu, supaya mengucapkan terimakasih kepada saya dan minta saya singgah di rumah itu lagi jika tidak ada halangan. Tapi waktu saya pulang, saya tidak singgah karena kebiasaan orang kampung, saat ada yg meninggal mereka minum sampai mabuk-mabukan.

Setelah beberapa minggu kemudian, salah seorang menantu pak Kades itu menghentikan kendaraanku ketika melewati desa tempat tinggal dukun sakti dan Pak Kades itu, ketika saya berhenti dia langsung menjabat tangan saya dan mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya. Lalu saya bertanya ada apa ini, ternyata menurut cerita menantu pak Kades itu, orang tua yg baru meninggal itulah yg menyantet Pak Kades itu. Menurut cerita dari menantu pak Kades itu, pas orang tua itu yg katanya dukun sakti, meninggal, pak kades itupun langsung sembuh, bahkan katanya, pak Kades itu menyumbangkan Peti Mahal yg terbuat dari Kayu Ulin, kualitas kayu Ulin kalimantan mungkin sama kualitasnya dengan kayu aras yg disebut di dalam Alkitab Perjanjian Lama. Bahkan konon katanya, kayu ini 3 ratus tahun tidak akan lapuk. Setelah saya mendengar cerita yg disampaikan menantu Pak Kades itu, beberapa hari kemudian saya bertemu dengan pak Kades di jalan dia sedang mengendarai sepeda motornya, saya langsung klakson kami pun ngobrol berdua. Selama kami ngobrol, pak Kades itu menceritakan hal sama yg diceritakan oleh menantunya itu, lalau sayapun ucapkan, semoga bapa tetap sehat lalu saya pergi diapun pergi.

Cerita diatas adalah sebabnya saya disebut dewa penolong. Tapi sekali lagi saya katakan, saya tidak mau disebut dengan gelar itu. Karena bagiku, semua tindakanku berasal dari hikmat Kristus dan Pnyertaan-Nya. Setelah saya jelaskan kepada masyarakat bahwa Sy hanyalah utusan yg menjalankan "telematos" atau "kehendak" Kristus Yesus, mereka pun paham dan sekarang tidak lagi menyebut saya dewa tapi pak pendeta.

Demikianlah kesaksian ini, kiranya para pembaca diteguhkan imannya kembali untuk melayani Tuhan kapanpun dimanapun, supaya semakin banyak orang yg menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan jurus'lamat. Akhirny, Bagi-Nyalah segala pujian, hormat kemuliaan, keagungan sampai selama-lamanya. Amin

Oleh: jackson Sharon Nababan, S.Th





Jumat, 17 Juli 2015

Ini Surat yang beredar, Sehingga Mesjid Dibakar di Tolikara Papua

"Masalah yang terjadi di TOLIKARA murni bukan masalah agama tetapi masalah adat dan kriminal, kalaupun ada surat edaran atas nama agama tertentu, tolong aparat tindak tegas sesuai hukum, karena agama tidak ajarkan kekerasan" begitulah sepenggal kalimat yang ditulis salah seorang warga Tolikara di Papua Melkianus Giay dalam akun facebooknya https://www.facebook.com/melkianus.giay?fref=ts.
Memang sebelum kejadian ini, telah beredar surat yang bunyi suratnya sebagai berikut;

No               : 90/SP/GIDI-WT/VII/2015
Lampiran    : --
Perihal        : Pemberitahuan

Kepada Yth:
Umat Islam Se-Kabupaten Tolikara
Di-

       Karubanga


Dengan Hormat

Badan pekerja Wilayah Toli (BPWT) Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) memberitahukan bahwa, pada tanggal 13-19 2015, ada kegiatan seminar dan KKR pemuda GIDI tingkat Internasional.

sehubungan dengan kegiatan tersebut, kami dan pimpinan GIDI wilayah Toli membatalkan dan menunda semua kegiatan yang bersifat mengundang umat besar, dari tingkat jemaat local, klasis dan dari yayasan atau lembaga lain.

oleh karena itu, kami memberitahukan bahwa

   1. Acara membuka lebaran tanggal 17 Juli 2015, kami tidak mengijinkan dilakukan di wilayah                Kabupaten Tolikara (Karubanga)
   2. Boleh merayakan hari raya di luar Kabupaten Tolikara (Wamena) atau Jayapura.
   3.  Dilarang Kaum Muslim memakai pakaian jilba (Yilbab tertulis dalam surat)

GIDI Wilayah Toli, selalu melarang agama lain dan gereja Denominasi lain tidak boleh mendirikan tempat-tempat Ibadah di Wilayah Kabupaten Tolikara. Dan Gereja Adven di Distrik Paido kami sudah tutup dan umat Gereja Adven bergabung dengan GIDI.

Demikian pemberitahuan kami dan atas perhatiannya kami mengucapkan banyak terimakasih.


BADAN PEKERJA WILAYAH TOLI
GEREJA INJILI DI INDONESIA




                                                                                                                   Karubanga, 11 Juli 2015
                KETUA TOLI                                                                           SEKRETARIS


                ditanda tangani                                                                          ditanda tangani

                Pdt. Nayus. W, S.Th                                                          Pdt. Marthen Jingga, S.Th; MA


tembusan Kepada:

1. Bupati Kabupaten Tolikara
2. Ketua DPRD Kabupaten Tolikara
3. Polres Tolikara
4. Danramil Tolikara
5. File

Ini Foto Suratnya:



Seperti itulah isi surat yang beredar di masyarakat Tolikara. memang jika membaja surat ini, ada banyak kejanggalan. pertama, surat ini memili tembusan ke pihak-pihak yang berwenang. Tetapi mengapa tidak ada pencegahan? lalu surat ini sangat eksklusif, mengapa surat ini diperbolehkan beredar atau diterima oleh pihak2 yang berwajib. Banyak kejanggalan-kejanggalan lainnya, seperti melarang membangun gereja lain selain GIDI, melarang memakai Jilbab, Melarang merayakan hari raya!! harusnya, pemerintah setempat harus mengusut tuntas yang menulis surat ini lalu memberikan klarifikasi. sampai berita ini ditulis, belum ada pihak yang bertanggungjawab atas surat ini.           





Rabu, 17 Juni 2015

SUKA DUKA PELAYANAN

MEMBUKA GEREJA KRISTEN IJILI di INDONESIA (GEKISIA), KALBAR



Suka dan duku mungkin itu yang tepat untuk dituliskan di awal kesaksian ini. jika direnungkan istilah suka duka itu, berarti melayani dipedalaman kalbar ada senangnya tapi juga ada bahagianya. Tidak seperti yang dikisahkan banyak orang, melayani di pedalaman kalbar lebih banyak dukanya dan sedikit sukanya. Itulah sebabnya banyak orang takut melayani di pedalaman Kalbar. Namun sesungguhnya tidak  sengeri yang pernah pembaca dengar, dari kesaksian para pendahulu yang melayani di kalbar, bahkan yang katanya kita tidak akan bisa kembali lagi kalau pergi ke kalimanatan, itu hanya dogeng saja.

Apakah karena penulis melakukan pelayanan ini atas dasar panggilan yang sungguh-sungguh, entahlah! Tuhan yang menguji setiap hati. Akan tetapi, yang pasti, duka yang terjadi tidak terasa dalam perjalanan pelayananku!. Memang ukuran kedagingan dukanya sangat melelahkan daging dan pikiran, terkadang ingin menyerah dan tidak ingin melayani Tuhan di Kalimantan Barat. Tapi aku baru sadar ketika merenungkan kata-kata Paulus kepada Jemaat di Korintus: "Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil" (1 Korintus 9: 18 ). Ternyata yang membuat saya "ingin menyerah", karena saya menjadikan pelayanan itu pekerjaanku lalu mau tidak mau saya mengharapkan upah dari pelayananku. Tapi surat Paulus kepada jemaat di Korintus meneguhkan panggilanku, "bahwa upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita injil" (1 Kor 9: 18). Setiap kali mengingat ayat Alkitab diatas, Semua duka menjadi suka karena pelayanan yang dipercayakan itu adalah upah karena panggilan yang mulia itu.

Kalau begitu tidak ada lagi duka saat kita pelayanan! Pasti ada, selama kita masih di dunia ini dan hidup di dalam tubuh jasmani tidak mungkin tidak ada duka. tapi paulus katakan "sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Rom 8: 18). Atas dasar kemuliaan yang akan dinyatakan inilah yang membuat duka itu menjadi sukacita. Semua duka menjadi terasa suka karena kemuliaan itu tidak terhitung nilainya. Pada akhirnya, duka di pelayananku adalah sukacitaku. Tapi meskipun duka itu sudah menjadi sukacitaku, tidaklah salah jika saya berbagi cerita tentang duka yang pernah saya alami selama kurang lebih dua tahun di pedalaman Kalbar.

Awal pelayanan di kalbar tahun 2013 nopember. Dua bulan berdiam diri di rumah tempat saya menumpang, Pada bulan awal bulan januari 2014 saya merintis pelayanan di dusun Sungai Lalang Kecamatan Jelai Hulu. Disana mayoritas penduduknya masih "animisme" (agama kaharingan), jumlah penduduknya sekitar delapan puluh Keluarga. Disana belum ada gereja, tidak ada listrik, jauh dari kecamatan, (dusun terisolir). Perjalan menuju kampung itu dari tempat saya tinggal Kecamatan Marau saya tempuh 4 jam dengan mengendarai sepeda motor. saya pergi kesana setiap hari kamis karena belum tau jalan kesana, saya ditemani salah seorang teman namanya Daman asli suku dayak di kecamatan Marau. Disana saya melayani anak-anak, yang akhirnya oleh masyarakat setempat saya dilarang untuk datang memberitakan injil. Mereka beralasan kedatangan pendeta akan mengubah adat-istiadat mereka. Saya hanya sempat empat kali ibadah disana. di minggu ke empat bulan januari 2014 Saya diusir paksa, ketika itu sudah jam 10 malam. Malam itu terpaksa saya bersembunyi di rumah salah seorang warga lalu paginya kami pulang dari kampung itu. Sejak kejadian itu saya tidak pergi lagi ke wilayah itu.

Meskipun sudah ditolak di kampung sebelumnya, Tuhan Yesus tetap memberi semangat supaya saya tetap berjuang dan bisa mendirikan gereja Gekisia di Kalbar. Pada awal bulan pebruari 2014 saya mendatangi Barak Kebun di wilayah Dusun Celengan Kecamatan Jelai Hulu yang jaraknya 25 KM dari kecamatan Marau, disana saya bertemu dengan salah seorang orang batak, seperti yang saya tuliskan dalam sejarah berdirinya Gekisia di Kalbar. Singkat cerita, di barak kebun itu kami mulai ibadah perdana pada tanggal 22 Pebruari 2014. Hanya tiga bulan ibadah di Barak kebun itu, kemudian ekspansi ke kampung Celengan yang letaknya tidak jauh dari barak kebun itu. Dan pada bulan Mei 2014 kami mulai pembangunan di kampung itu  dan pada tanggal 27 Februari 2015 sudah diresmikan oleh Ketua Sinode Gekisia, Pdt. Edy Triadmoko D.Min.  Badan Misi Bukbang dari Korea selatan, Keluarga besar Taat Aryoko dan Jemaat Gekisia Depok, adalah donatur pembangunan di Gekisia Celengan Kalbar tersebut.

Di waktu yang hampir bersamaan ketika membuka Gekisia di barak kebun yang telah diceritakan di atas, Tuhan Yesus ijin saya juga membuka Gekisia di barak kebun lainnya yg berbeda nama PTnya di wilayah desa Bantan Sari. Pada tanggal 3 Maret 2014 kami mulai ibadah perdana di Barak itu. Puji Tuhan, pelayanan ini masih berjalanan sampai saat ini. Jemaat yang saya layani disana berjumlah empat puluh jiwa, mereka adalah masyarakat dari NTT yang bekerja sebagai karyawan di perkebunan itu.

Masih dalam cerita membuka pelayanan baru. Pada akhir bulan maret 2014, Tuhan Yesus juga ijinkan saya membuka pelayanan di wilayah lain yang jaraknya 30 KM dari kecamatan Marau. Wilayahnya Desa Batu Payung Dusun Silinsing Kuning. Di tempat ini masih banyak yang belum mempunyai agama, KTP mereka agama katolik tapi mereka tidak pernah beribadah. Menurut salah seorang jemaat yang saya layani, agama mereka yang di KTP, itu dibuatkan kepala desa tanpa sepengetahuan mereka. Tapi ada juga yang mengatakan, sengaja mengisinya karena kepala desa bilang harus punya agama. itulah sebabnya, 51 KK yang saya layani di desa ini semua KTPnya katolik walaupun gereja katolik tidak ada di desa ini. Di desa inilah yang paling banyak tantangan pelayanan yang saya hadapi. dibawah ini akan saya ceritakan peristiwanya, namun nama orang-orangnya tidak bisa saya sebutkan disini karena menyangkut privasi seseorang.

Ketika itu saya mengajar anak sekolah minggu. Saya menceritakan kisah Paulus dan Silas di penjara. "adek-adek, apakah adek-adek tau kalau kita berdoa dengan sungguh-sungguh apa yang akan terjadi"? Kataku kepada anak-anak dengan penuh semangat. Lalu anak-anak diam sambil memperhatikan ke arah saya. Saya jelaskan ke anak-anak "kalau kita berdoa sungguh-sungguh seperti Paulus dan Silas yang meskipun mereka sedang terikat tangan dan kakinya tapi mereka tetap serius berdoa, maka Tuhan akan mendengar doa kita". Tiba-tiba seorang bapa berteriak disamping saya "Pak Pendeta, kalau benar apa yang bapa katakan itu, coba doakan anak saya di rumah yang buta sejak lahirnya. Kalau pak pendeta bisa doakan dia melihat baru saya percaya ke pak pendeta" teriak bapa itu sambil menunjuk-nunjuk dengan jarinya ke arah saya. Jantungku langsung berdetak kenjang seperti ada gitar bas yang dimainkan Ahmad Dani di dalam tubuhku. Ketika bapa itu masih ngomel-ngomel, saya datang menghampirinya lalu meminta supaya dia mendengarkan saya berbicara. Dia pun diam lalu saya katakan "saya akan doakan anak bapa, tapi bapa harus berjanji kalau anak bapa bisa melihat, bapa dan semua yang tinggal di rumah bapa harus bertobat dan terima Yesus Kristus sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan melakukan perdukunan lagi". Karena kebiasaan orang kampung adalah berdukun bahkan dia juga seorang dukun. Bapa itu diam dan tidak memberi jawab sama sekali. Sayapun lanjutkan pelayanan sekolah mingguku yang sempat terhenti karena bapa itu.

Memang sebelumnya, sudah ada protes keras dari sebagian masyarakat supaya jangan mendirikan protestan di kampung itu. alasannya, semua masyrakat di kampung itu beragama katolik. walaupun gereja katolik tidak ada di tempat itu. tapi karena 51 KK sudah bersedia untuk saya layani di kampung itu, saya pun tidak mau mundur dan tetap saya datang dan melayani masyarakat yang tidak terlayani.

Berapa minggu kemudian, saat sedang ibadah berlangsung, saya didatangi orang-orang yang mabuk. Dia mengacaukan ibadah kami dan menyuruh saya keluar dari rumah tempat kami ibadah. Tapi saya tidak keluar karena jemaat melindungiku dengan cara duduk disampingku. Saya percaya, itu cara Tuhan melindungiku. kejadian serupa sering terjadi selama  enam minggu, mereka mengganggu ibadah kami, dan berusaha menjebakku dengan berbagai cara. bahkan seorang dukun yang dianggap sakti di kampung itu datang dan memintaku untuk mengeluarkan besi putih dan kuning yang ada di dalam badannya dengan cara berdoa. tapi saya katakan kepada dukun itu, "saya tidak minta kepada Tuhan besi itu keluar, tapi saya minta kepada Tuhan Yesus besi itu hilang dari badan bapa" kataku ke bapa dukun itu. Bapa itu diam lalu pulang ke rumahnya. Lagi-lagi Tuhan Yesus Kristus punya cara tersendiri untuk melindungiku. Dan akhirnya sebagian orang yang sering menggangguku, menjadi jemaat Gekisia dan juga bapa yang marah-marah yang saya ceritakan diatas dan dukun yang memintaku mengeluarkan besi dari badannya, juga menjadi jemaat Gekisia.

Dan pada tanggal 11 Mei 2014, di tiga wilayah yang telah saya buka itu dilakukan pembabtisan massal dan sekaligus meresmikan tiga tempat gereja baru sebagai Pos PI Gekisia Depok yang digembalakan Oleh Pdt. Kasmari Damanik, S.Th.

Ada duka tapi ada juga suka. Sukacitaku, Yesus Kristus memberikan upah bagi saya untuk mendirikan tiga gereja baru di Kalimantan Barat. itulah upahku, bahwa Tuhan memberiku kesempatan untuk melayani jemaat-Nya. Puji Tuhan, sampai saat ini tahun 2015 tiga wilayah pelayanan ini masih berjalan dengan baik dan saya sendiri yang melayaninya. Dua wilayah, yaitu Dusun Celengan Dan Desa Sekakai (barak kebun) sudah mempunya tempat ibadah yang permanen. Saat ini yang sedang kami gumuli, menderikan gereja di Desa Batu Payung yang jemlah jemaat saat ini 51 KK. Dengan anak-anaknya mencapai 150 jiwa. Memang kami sudah berusaha, dengan mengumpulkan swadaya jemaat. Karena sudah pastilah hal ini akan mempengaruhi rasa memiliki yang akhirnya menimbulkan semangat kebersamaan. Namun swadaya yang kami kumpulkan belum bisa memdirikan rumah ibadah, karena jemaat baru memiliki 200 batang kayu Ulin dan Atap yang disumbangkan PT. Sinar Mas. Tapi dana (uang) kami tidak punya itulah sebabnya sampai saat ini kami masih ibadah di rumah-rumah jemaat dengan bersempit-sempitan. Karena itu, jika bapa ibu ingin membantu pembangunan gereja ini boleh meninggalkan Komentar dan mengirimkan Email ke gekisia.kalbar.batupayung@gmail.com atau menghubungi 081383428896.

Sekian dan terimakasih karena bapa/ibu telah bersedia membaca tulisan yang belum teratur ini. Demi perbaikan tulisan ini bapa/ibu boleh meninggalkan komentarnya dan memberi koreksian agar dikemudian hari, penulis lebih baik lagi dalam menyajikan tulisan untuk dikomsumsi para pembaca. Tuhan Yesus memberkati.



By: Vik. Jackson Sharon Nababan, S.Th 



Senin, 15 Juni 2015

KETIKA DUKUN BERTOBAT

"KETIKA DUKUN BERTOBAT"


Apa jadinya jika seorang dukun menerima Yesus Kristus sebagai jurus'lamatnya?. pastilah jawabannya, dia menjadi yakin akan menerima hadiah hidup kekal dari Tuhan Yesus, karena imannya kepada Kristus Yesus. rupaya, apabila seseorang sungguh-sungguh menerima Yesus Kristus tak hanya hadiah hidup kekal yang akan diterima. seperti yang akan disaksikan seorang jemaat Gekisia Batu Payung Kalimantan Barat dalam blog ini.

"Nama saya Tuam, nama baptisan Israel, saya seorang kepala rumah tangga. nama kampung saya Desa Batu Payung, Dusun Silinsing Kuning. saya asli suku dayak kendawangan. disini saya akan menyaksikan bagaimana saya waktu jadi dukun dan sesudah menerima Yesus Kristus. Di kampung, saya dikenal orang sebagai seorang dukun, dulu. tetapi sekarang saya dikenal orang sebagai hamba Tuhan. kenapa dulu orang menyebut saya seorang dukun? wajar, karena memang pekerjaan saya mengobati orang sakit dan menolong ibu-ibu hamil untuk melahirkan. pekerjaan ini saya lakukan dengan cara membaca "unus" atau "mantra". kalimat mantra untuk orang yang akan melahirkan saya bacakan; "bira hitam kladi hitam, tanam sungsang sore, turun biak sepamjang hitam, turun urik turun tembuni" lalu sambil dioleskan minyak ke perut ibu hamil. tak lama kemudian anak itupun lahir. cara-cara ini sudah sering saya lakukan. Lalu mantra untuk mengobati orang sakit "timiang kapur kemapur, patah dulang berkaki sepuluh jin sudah berlari. asalan pelabur!!". semua cara-cara ini sudah sering saya lakukan. Mantra ini diwariskan mendiang ayah saya dulu. ayah saya bilang, mantra ini untuk menolong orang. karena dulu saya masih animisme, ya saya terima saja. tapi sekarang Mantra ini sudah sudah tidak berguna lagi.

Saya baru menyadari, ternyata semua Mantra kekejian bagi Yesus Kristus. setelah saya menerima Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh. Saya menerima Yesus Kristus setelah ada pelayanan Gekisia (Gereja Kristen Injili di Indonesia) oleh karena pendetanya sering menginap di rumah saya. setiap malam ia mendoakan saya dan keluarga saya. pagi-pagi subuh kami bangun membaca Alkitab dan berdoa. sejak itu hati saya mulai terbuka untuk menerima Yesus Kristus sebagai jurus'lamat. Dan akhirnya saya dan istri saya dibaptis oleh pdt. Edy Triadmoko yang pada saat itu datang dari bengkulu untuk meresmikan Pos PI Gekisia di kampung saya. Mulai dari saat itu, saya dan Istri beserta anak kami satu-satunya laki-laki yang berusia 12 tahun aktif beribadah dan menjadikan rumah kami menjadi tempat ibadah setiap hari minggu dan tengah minggu di rumah jemaat kami yang lainnya. karena jumlah jemaat saat ini sudah 40 KK dan semua berlatar belakang Animisme.

Saya sangat bertrimakasih kepada Tuhan Yesus kristus. Kehadiran Yesus Kristus banyak mengubah kehidupan kami. secara khusus untuk anak tercinta kami yang baru-baru ini menerima kelulusan dari SD. ia mendapat rengking 1, saya dan istri terkejut mendengarnya. padahal dulu anak kami tidak pernah mendapat rengking. Tapi semenjak kami sungguh-sungguh takut akan Tuhan Yesus Kristus, banyak hal yang terjadi yang membuat kami sekeluarga semakin takjub kepada Tuhan Yesus. Dulu saya dengan istri hampir setiap hari bertengkar. dengan anak saya tidak pernah akur. makan kami tidak pernah teratur, saya tidak suka bekerja keras atau pemalas, saya setiap hari minum mabuk dan masih banyak hal-hal yang buruk yang saya perbuat ketika saya belum mengenal Yesus Kristus.

Tapi sekarang, setelah saya mengenal Yesus Kristus, saya tidak pernah lagi berkelahi dengan istri maupun anak. saya tidak pernah lagi minum mabuk, saya menjadi pekerja keras (saat ini saya bekerja sebagai tukang rumah di kampung saya), saya menjadi orang yang berpengharapan dan menyadari kebaikan Tuhan Yesus dalam hidup saya. tapi sekarang saya masih tetap dipanggil orang untuk membantu ibu-ibu untuk melahirkan tapi saya tidak lagi memakai jimat yang dulu sewaktu masih jadi dukun. sekarang jimat saya sudah berganti yaitu di dalam nama Yesus Kristus dari Nazaret, begitu diajari pak pendeta saya. intinya semua yang dulu sudah saya lupakan".

Catatan:
Tulisan Kesaksian ini telah diperbaiki kalimatnya atau kata-katanya, demi agar pembaca dapat memahami maksudnya. karena bahasa yang dipergunakan yang bersaksi, bahasa dayak bercampur bahasa Indonesia.


Yang Bersaksi: ISRAEL TUAM
Editor            : Vik. Jackson Sharon Nababan, S.Th